brussel-desak-beijing-cabut-pembatasan-ekspor-tanah-jarang-demi-stabilitas-industri-eropa

blasianproject.org – Brussels Uni Eropa mengeluarkan peringatan tegas kepada Tiongkok pada pekan ini terkait kebijakan terbaru Beijing yang membatasi ekspor tanah jarang. Komisi Eropa menilai langkah tersebut sebagai ancaman langsung terhadap stabilitas pasokan bahan baku strategis di kawasan Eropa. Tanah jarang memainkan peran vital dalam berbagai industri, mulai dari teknologi hijau, pertahanan, hingga perangkat elektronik.

Kekhawatiran atas Ketergantungan Strategis

Uni Eropa selama ini sangat bergantung pada Tiongkok untuk pasokan tanah jarang, dengan lebih dari 90% impor bahan tersebut berasal dari Negeri Tirai Bambu. Brussel menilai kebijakan kontrol ekspor tersebut sebagai alat geopolitik yang merugikan prinsip perdagangan bebas dan adil. Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Valdis Dombrovskis, menyatakan bahwa Eropa akan mempertimbangkan tindakan hukum di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) jika Tiongkok tetap mempertahankan kebijakan tersebut.

Dampak pada Industri dan Transisi Energi

Pembatasan ekspor tanah jarang dari Tiongkok mengancam kelangsungan industri otomotif, energi terbarukan, dan teknologi tinggi di Eropa. Bahan seperti neodimium dan disprosium sangat penting dalam pembuatan magnet untuk turbin angin dan mobil listrik. Produsen di Jerman, Prancis, dan Belanda mulai mengeluhkan lonjakan harga serta keterlambatan pasokan yang mempengaruhi rantai produksi mereka.

Langkah Balasan dari Uni Eropa

Uni Eropa mulai merespons ancaman ini dengan mempercepat strategi diversifikasi pasokan bahan mentah. Negara-negara anggota memperkuat kemitraan dengan negara produsen alternatif seperti Australia, Kanada, dan beberapa negara Afrika. Selain itu, Brussel mengalokasikan dana untuk mendukung proyek tambang tanah jarang dalam negeri, terutama di Swedia dan Finlandia.

Seruan untuk Dialog dan Solusi Diplomatik

Meski menyiapkan langkah balasan, Uni Eropa tetap menyerukan dialog terbuka dengan Beijing. Para pejabat di Brussel berharap Tiongkok membuka kembali jalur ekspor demi menjaga stabilitas ekonomi global. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan rantai pasokan global yang semakin kompleks.

Peringatan dari Uni Eropa kepada Tiongkok mencerminkan ketegangan yang meningkat medusa 88 dalam geopolitik perdagangan global. Krisis tanah jarang menjadi pengingat pentingnya kemandirian strategis dan diversifikasi sumber daya bagi negara-negara di Eropa. Jika Tiongkok tidak mencabut kebijakan ekspornya, konflik ini dapat meluas menjadi sengketa dagang skala besar dengan dampak luas terhadap ekonomi dunia.

By admin